Senin, 25 Februari 2013

Keutamaan Air Zam-Zam

Diluncurkan oleh Bocah Psikologi di 12.36.00
Alhamdullilah masih ada kesempatan untuk melengkapi isi blog ini.

          Kali ini ane ingin ngebahas tentang perbincangan singkat kemarin sebelum ane pulang dari kampus tercinta dengan 3 rekan ane. Sebenarnya perbincangan ini tidak sengaja karena saat itu dosen ane lagi ngebahas contoh dari placebo effect yang salah satunya akan terbentuk sugesti pada setiap subyek yang melakukannya. Dan saat itu dosen ane mengambil contoh tentang sugesti obat yang dikatakan obat kuat. Diakhir contoh tersebutlah terjadi perbincangan ane dan rekan ane. Perbincangan itu kurang lebih seperti ini :
* A - Ane * B - Rekan 1 * C- Rekan 2

B : Tar, gimana dengan air zam-zam ? Sugesti juga kah ?
A : Beda lah. Itu kan udah ada dalam hadits. Lagipula sudah ada kok penelitian tentang keajaiban air yang molekulnya akan 'subhanallah' bila diberikan kalimat positif (read : doa).
C : Tetaplah itu cuma sugesti aja.

Dan ketika itu ane hanya melemparkan senyum manis dan melanjutkan memperhatikan penjelasaan dosen, sedangkan rekan ane masih mendebatkan berdua, antara rekan B dan rekan C.

          Sampai dirumah ane jadi memikirkan perkataan rekan ane tersebut. Mengapa masih ada yang meragukan hal-hal yang telah tercantum dalam firman Allah SWT ?. Padahal semuanya begitu jelas dan begitu nyata bagi seluruh makhluknya. Dan ane akan membahas tentang air zam-zam yang memiliki keistimewaan sangat 'subhanallah'.


          Kata Zam-Zam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah. Adapun air Zam-Zam yang dimaksud oleh syari'at, yaitu air yang berasal dari sumur Zam-Zam. Letaknya dengan Ka'bah, berjarak sekitar 38 hasta. Selain itu, karena memang air dari sumur tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau sudah diambil dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin. Nama lain Zam-Zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain disebut barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu (yang tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim (obat penyakit), tha'amu tu'im (makanan), syarabul abrar (minuman orang-orang baik) dan thayyibah (yang baik).

          Sejarah air zam-zam disebutkan oleh Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari hadits Ibnu 'Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, beliau pun beranjak pergi. Namun Hajar mengikutinya seraya mengatakan,”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain atau yang lainnya?". 
          Pertanyaan itu beliau ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya,”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”.

“Ya,” jawab Nabi Ibrahim. 

          "Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami,” seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.Sesampainya di Tsaniyah (jalan bebukitan) arah jalan ke Kada`. Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga melewati jalan tersebut dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" (Ibrahim 14 : 37)
          Ibunda Ismail memberikan minum dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itupun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya kehausan. Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana? Tetapi, ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali. Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata, "Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?" 
          Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain) kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air. Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hambanya." 
          Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung-burung yang berputar-putar. Mereka berkata,"Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka mengirim utusan, dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail, bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan kabilah Jurhum inipun setuju. 




          Seperti itulah sejarah singkat air zam-zam bagi kami, kaum muslimin. Kini ane ingin memberikan beberapa keistimewaan dari air zam-zam berikut dalil-dalil nya, antara lain :

Pertama, air zam-zam adalah air yang penuh keberkahan. Air zam-zam adalah sebaik-baik air di muka bumi ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ

“Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit".


Kedua, air zam-zam bisa menjadi makanan yang mengenyangkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,

إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ

“Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan".


Ketiga, air zam-zam bisa menyembuhkan penyakit. Sampai-sampai sebagian pakar fiqih menganjurkan agar berbekal dengan air zam-zam ketika pulang dari tanah suci untuk menyembuhkan orang yang sakit. Dalilnya, dulu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah membawa pulang air zam-zam (dalam sebuah botol), lalu beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan seperti ini. Diriwayatkan dari yang lainnya, dari Abu Kuraib, terdapat tambahan,

حَمَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الأَدَاوَى وَالْقِرَبِ وَكَانَ يَصُبُّ عَلَى الْمَرْضَى وَيَسْقِيهِمْ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membawa air zam-zam dalam botol atau tempat air. Ada orang yang tertimpa sakit, kemudian beliau menyembuhkannya dengan air zam-zam".




Keempat, do’a bisa terkabulkan melalui keberkahan air zam-zam. Hendaklah seseorang memperbanyak do’a ketika meminum air zam-zam. Ketika meminumnya, hendaklah ia meminta pada Allah kemaslahatan dunia dan akhiratnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“Air zam-zam sesuai keinginan ketika meminumnya”. (Maksudnya do’a apa saja yang diucapkan ketika meminumnya adalah do’a yang mustajab). Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ketika meminum air zam-zam, beliau berdo’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً ناَفِعاً ، وَرِزْقاً وَاسِعاً وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ

“Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon waasi’an wa syifa-an min kulli daa-in” (Ya Allah, kami memohon kepada-Mu, ilmu yang bermanfaat, rizqi yang melimpah, dan kesembuhan dari setiap penyakit). Namun riwayat ini adalah riwayat yang dho’if (lemah).

"Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anh, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail."

وَعَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ كُنَّا نُسَمِّيْهَا شَبَّاعَةً يَعْنِيْ زَمْزَمَ وَكُنَّا نَجِدُهَا نِعْمَ الْعَوْنُ عَلَى الْعِيَالِ (رواه الطبراني في الكبير)



          Selain kepastian yang tertulis dalam berbagai hadits kaum muslim pun, hal tersebut diperkuat oleh penelitian oleh dari Dr. Knut Pfeiffer dari Jerman yang saat itu meneliti antara air zam-zam dengan air di Munich (Jerman). Cekidot ==> Dr. Knut Pfeiffer-Kagum dengan air zam-zam.

Struktur Kristal Air Zam-zam


          Dari semua yang ane tuliskan, jelas sekali tidak ada yang dapat diragukan bahkan dibandingkan dengan sebuah sugesti. Mengapa ? karena hal ini sudah tersurat dalam hadits Maha Kuasa Maha Pencipta, ya Rabb. Jika memang ada kesalahan atau kekurangan, mohon di koreksi sebagai media pembelajaran kita semua. 

0 Ocehan:

Posting Komentar

 

Bocah Psikologi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review