Selasa, 25 Desember 2012

Tidung, Kampung Gambar

Diluncurkan oleh Bocah Psikologi di 09.18.00

Tulisan kali ini lagi-lagi ane dedikasikan untuk karya tulis indonesia.

Pagi ini lelah sekali dirasakan oleh Amira. Sehingga membuatnya hanya terdiam dimeja kerja tanpa ekspresi apapun dimuka cantik dan lugunya. Bahkan teman sebelah mejanya pun tak ada yang berani untuk menegurnya. Dan suasana itu berlangsung sekitar dua jam hingga kedatangan si pemberani.
“Muka mu kenapa Ra ?” tanya pemberani. Suana pun tetap hening kecuali suara detak jam dan jari-jari mengetik keyboard dari orang-orang sekeliling ruangan tersebut. “kucing tetangga mati loh setelah empat hari bengong” ledek pemberani. Namun sayang tak ada satu pun yang berubah dari ruangan tersebut. “ayolah senyum Amira, masa Nio  ngomong sama patung” sahut Ulul teman sebelahAamira. “tau nih Lul, masa aku datang jauh-jauh diginiin sih” curhat Nio si pemberani. Dan mulai lah saat itu Amira tersenyum kembali dan becanda bersama Ulul dan Nio.
Pagi yang hening kini berubah menjadi pagi yang berwarna dengan berbagai keceriaan dan keisengan diantara mereka bertiga. Si Ulul senang sekali mengeksplor keingintahuannya di mbah google. Hingga saat itu, Ulul menemukan tentang pulau tidung yang berlokasi di  kepulauan seribu dengan luas sekitar 109 ha dan populasi sekitar 5.000 jiwa. Selain itu, di beranda salah satu media sosial banyak orang yang selalu membicarakan tentang pulau tersebut menjadi salah tempat pilihan yang wajib dikunjungi saat-saat liburan.
“Ra, kita ke tidung yuk ? kayanya ini pulau seru deh buat kita jadiin obyek wisata dan foto-foto” jelas Ulul dengan penuh semangat pejuang. “daerah mana tuh ? dan berapa kira-kira biayanya” tanya Amira. “daerah kepulauan seribu, klo biayanya nanti aku cari dulu siapa tau bisa backpackeran kaya dulu kita liburan” jawab Ulul. “yaudah kamu cari dulu infonya nanti kabarin aku lul” singkat dari Amira.
Ulul tetap sibuk dengan komputer dan berusaha mencari informasi selengkap mungkin tentang pulau tersebut sehingga bisa dijelaskan kepada Amira dan pasukan teman lainnya yang biasa backpacker dengan mereka beberapa tahun terakhir. Sedangkan Amira sibuk mencoret-coret kertas dengan gambar yang tidak ada artinya bagi yang melihat sepintas. “kamu tuh gambar apa si Ra ? kalah sama anak TK disebelah rumah” ledek nio. “apa sih nio !. Sok tau ini kan ada artinya, kamu aja yang ngerti dan gak punya jiwa seni kaya aku” sahut Amira.
Amira memang sejak kecil senang sekali dengan seni, terutama seni gambar dan lukis. Bahkan Amira banyak sekali memenangkan lomba dalam dan luar negeri dengan membawa gambar dan lukisan yang sangat memukau berbagai kalangan dari penjuru dunia. Hingga suatu hari Amira ingin sekali membuka kelas menggambar dan melukis bebas biaya untuk anak-anak kecil yang memiliki hobi sama namun terbatas oleh biaya dan kesempatan.
“Ra, ini info tentang pulau tidung” jelas Ulul sambil memberikan beberapa lembar kertas. “ok, makasih ya. Nanti aku baca dulu dan semenarik apa sih itu pulau, yang membuat teman aku ini sampai tergila-gila kaya gini” ledek Amira dan ketawa ketiwi. Ulul hanya bisa melemparkan senyuman termanis kepada orang yang telah menjadi teman sebelah mejanya sekitar 3 tahun terakhir.
Lembar demi lembar dari Ulul dicoba dibaca oleh Amira. “Ulul niat banget ya cari ini info, mulai dari sejarah pulau tidung hingga cara mengunjungi tempat tersebut” batin Amira. Sambil membaca lembaran tersebut, Amira juga mencari melalui mbah google. Ternyata pulau tidung merupakan pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang membawahi tiga Kelurahan antara lain, Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung. Selain itu, pulau tidung terhampar membujur panjang dari barat ke timur dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu tidung besar dan tidung kecil serta mempunyai objek- objek yang dapat dikunjungi.
“Pantesan aja itu bocah semangat banget ke pulau tidung, ternyata memang luar biasa sekali pulau tersebut” pikir Amira yang disertai senyum manisnya. Amira mulai membayangkan keindahan pulau tersebut dan menuangkan dalam goretan pensilnya pada sebuah kertas yang biasa digunakan. Selain itu, Amira membayangkan jika bermain bersama anak-anak dipinggir pulau sambil bernyanyi bersama dan menaruh goretan pada kanvas kesayangannya.
“Ulul, aku setuju nih kita ke pulau tidung. Enaknya ngajak siapa ya selain Nio ?” jelas dan tanya Amira dengan penuh semangat. Bahkan terlihat lebih semangat Amira daripada Ulul. “Pilihan objek wisata aku selalu tepatkan, Ulul !” membanggakan diri sambil menangkat sedikit krah bajunya. “iya-iya kamu selalu tepat, hanya liburan aja! sahut Amira dengan senyum polosnya. “kamu mau kita backpacker atau pakai travel agency ? tanya Ulul yang mulai serius pada pembicaraan sebenarnya. “backpacker aja biar kita gak terikat waktu dengan tour guide nya” jelas Amira. “iya juga sih, yaudah nanti aku yang cari tau untuk transportasi dan biayanya” sanggup Ulul pada Amira.
Setelah Amira balik ke meja kerjanya, Ulul langsung mencari informasi seperti yang dijanjikan dirinya kepada Amira beberapa menit yang lalu. Ulul tetap dibantu dengan mbah google serta ditemani lantunan musik kesayangannya, steven and coconut treez. Setelah satu jam berlalu hingga pada akhirnya Ulul menemukan juga macam-macam transportasi menuju pulau tersebut.
“Ulul kita makan siang yuk ?” ajak Amira dan Nio. “Nanggung nih lagi nyari transportasinya” jawab  Ulul. “Transportasi buat apaan sih ?” sahut Nio kebingungan sambil lirik ke Amira. Karena Nio kemarin belum dikasih informasi atas rencana Amira dan Ulul ke pulau tidung. “kita mau ke pulau tidung, ikutan lagi yuk ? kita bawa pasukan yang banyak buat nanem pohon bakau di pinggit pulau” jelas Ulul. “kapan ? boleh-boleh mumpung cuaca lagi mendukung juga nih” jawab Nio. “yaudah kita makan siang dulu aja nanti waktu istirahatnya keburu selesai” ajak Amira pada keduanya.
Makan siang kali ini ditentukan oleh Nio, yaitu makan ikan garang asem dan sayur asem khas Betawi yang kebetulan tidak jauh dari lokasi mereka yaitu diseberang kantor. Sehingga perjalanan tersebut bisa dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Sesampai di rumah makan tersebut Nio langsung memesankan menu utama untuk Amira dan Ulul juga. Sedangkan Amira dan Ulul mencari posisi meja yang asik untuk ngobrol dengan angin yang sepoi-sepoi serta lantunan musik keroncong yang merupakan keistimewaan dari rumah makan tersebut. Setelah keasyikan dirasakan cukup dan sekitar satu jam berlalu Nio, Amira dan Ulul segera kembali ke kantor.
“Pilihan Nio mantep juga nih menu makan kali ini” singkat Ulul. Klo soal makanan memang jagonya dia, dimana pun lokasinya pasti dikejar sama Nio selagi makanan Indonesia. Waktu itu Nio pernah mengejar kuliner asinan betawi sampai ke daerah Bekasi. Padahal rumah Nio dibilangan Tangerang Selatan yang terukur amat sangat jauh sekali untuk kesana. Sebenarnya antara Amira, Ulul dan Nio saling melengkapi satu sama lain mulai dari hobi Amira tentang seni kemudian Ulul dengan hobi jalan-jalan nan murah serta Nio yang hobi dengan kuliner.
“Ra, aku udah dapet nih list transportasi buat ke pulau tidung. Gampang banget Ra tapi kita harus pagi-pagi buta kesananya” jelas Ulul. “memang seberapa paginya sih ?” tanya Amira. “jadi gini kita harus jam lima pagi dari grogol untuk naik angkot gitu ke arah muara angke karena kapalnya berangkat jam enam pagi kearah pulau tidung. Nah enaknya kita nginep rumah kamu aja Ra karena lebih dekat ke Grogolnya” jelas Ulul dengan antusias meningkat dari sebelumnya. “oh angkot yang itu aku tau kok, murah dong biayanya angkot kan Cuma 4.000. biaya kapalnya berapa Lul ? jelas dan tanya Amira. “klo kapalnya sekitar 30.000 Ra, murah banget kan ongkos kita Cuma 70.000 pulang pergi” jawab Ulul. “banget Lul, semoga aku dapet inspirasi disana.” Singkat Amira.
Setelah pembicaraan tentang transportasi kesana, Amira mulai memikirkan berbagai hal tentang pulau tidung. Selain hobi menggambar dan melukis, Amira juga senang sekali mnghayal tentang berbagai kemungkinan yang bisa dialami oleh seseorang. Anak-anak merupakan obyek utama yang paling sering Amira lukiskan dalam kertas dan kanvasnya. Menurutnya, setiap anak pasti memiliki keunikan dan kelucuan yang tidak dimiliki oleh anak lainnya, disitulah sisi menarik baginya.
Rencana yang singkat untuk ke pulau tidung akhirnya bisa terlaksana juga. Amira. Ulul, Nio, Pram, Acid dan Wika yang berangkat mengarungi pulau tersebut. Mereka semua satu kantor yang sama dan mereka juga yang biasa travelling. Perjalanan pun dimulai dari rumah Amira setelah adzan shubuh berkumandang yang berarti Jakarta masih kosong dari kendaraan para rakyat tinggi.
“Bang ke arah muara angke ?” tanya Pram ke supir angkot. “iya mas, mau ngapain pagi-pagi kesana ?” sahut pak supir. “mau naik perahu kearah pulau tidung” jawab Pram. “wah disana indah banget mas pasti gak nyesel deh. Sekarang pulau tersebut sudah menjadi pilihan banyak orang” jelas pak supir penuh inspiratif.
Setelah perjalanan dengan angkot sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai juga di pelabuhan muara angke dan langsung membeli tiket perahu tersebut. “mana uangnya ? kumpulin dulu nanti aku yang ke loketnya” tawaran Wika. “yaudah ini pakai uang aku aja dulu biar gak ribet nanti tinggal ganti deh” Nio mengajukan diri.
Tiket sudah ditangan dan mereka berenam segera menaiki perahu tersebut dan mencari posisi yang paling asyik untuk menikmati suasana laut sepanjang perjalanan tersebut. Menuju pulau tidung membutuhkan waktu sekitar dua jam. Cuaca pun seolah mendukung perjalanan ini dan angin menjadi saksi kebahagiaan mereka.
“hore hore welcome tidung island. Aku harus bisa menemukan sesuatu yang menjadi obyek inspiratif” batin Amira dengan penuh bahagia. “ayo kita ke rumah penduduk dulu untuk mencari penginapan beberapa hari” ajak Ulul. Karena Ulul yang mengetahui semuanya maka yang lainnya hanya mengikuti apa yang Ulul katakan.
Setelah mendapatkan tempat istirahat dan melepas lelah sejenak, mereka menyiapkan diri untuk keliling pulau tidung dengan menyewa sepeda. Lokasi pertama yang mereka kunjungi, yaitu jembatan penghubung antara pulau tidung besar dan pulau tidung kecil. Banyak orang yang memberikan nama jembatan cinta. Jembatan ini biasa dimanfaatkan untuk menikmati sunrise dan sunset.
“Kita lihat pohon bakau yuk” ajak Ulul sambil berjalan menelusuri ujung jembatan. Dan yang lainnya hanya mengekor dari belakang sambil mengambil gambar sepanjang jembatan. “indah banget pantainya dengan air laut yang berwarna biru bening” batin Amira. Setelah sampai pohon bakau, kita semua tetap melanjutkan foto dan mengamati pohon bakau yang ternyata memiliki banyak fungsi di perairan.
Puas dengan nuansa pulau tersebut, malamnya Ulul memberikan rencana untuk BBQ. Uniknya BBQ di pulau tidung bukan daging atau ayam melainkan ikan berbagai jenis yang tersedia. Dan tak lupa Amira selalu mengambil gambar dalam berbagai situasi yang nantinya akan digoreskan dalam kertas dan kanvas.
“Ra, kamu mau kemana ?” tanya Nio. “Aku mau berkunjung ke rumah penduduk untuk bermain dengan anak-anak pulau tidung” jawab Amira dan  bergegas keluar. Amira bertemu dengan salah satu anak kecil namanya Aini. “kamu suka gambar atau melukis ?” tanya Amira dengan sedikit membungkukkan badan. “iya ka, dari aku TK hingga sekarang aku senang banget gambar tapi karena disini susah cari buku gambar aku gambarnya dipasir deh” jelas Aini yang sekarang duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar. “wah hebat kamu Aini memanfaatkan sesuatu menjadi lebih bermakna. Boleh kita gambar bareng ? kebetulan ka Amira juga suka sekali dengan menggambar dan melukis” ungkap Amira sambil mengajak Aini menuju rumah penginapannya.
Sepanjang perjalanan ke  rumah penginapan, Aini bercerita panjang lebar tentang hobi nya yang tidak didukung dengan fasilitas. Karena memang pulau tidung jauh dari pusat keramaian. Sesampai di rumah penginapan, Amira memberikan kertas dan menggambar bersama dengan Aini. “Aini gambar kamu unik sekali” puji Amira sambil memandang kertas gambar Aini. “makasih ka, gambar ka Amira juga bagus apalagi goresan pensilnya lembut banget” Puji Aini dengan antusias. Tak terasa waktu terus berjalan hingga sudah larut malam dan Amira pun mengantar Aini hingga kedepan rumahnya dan meminta maaf kepada kedua orang tua Aini.
Hari ini hari terakhir mereka di pulau tidung setelah 2 hari 1 malam dan di tutup dengan snorkeling pada indahnya laut dengan berbagai macam biota laut yang sangat menakjubkan. Selain itu, mereka menyewa perahu untuk keliling pulau tidung besar dan pulau tidung kecil. Disana polusi buruk sama sekali tak terasa sedikit pun, suasana sejuk pun sangat terasa karena kanan kiri masih banyak pohon hijau yang rindang.
Selain itu, perjalanan ditutup dengan janji Amira dan Aini. “ka Amira janji akan balik lagi kesini untuk membawakan buku dan pensil yang banyak untuk Aini tetap mengasah kemampuan menggambar” janji Amira. “Aini juga janji sama ka Amira untuk tetap belajar menggambar agar tarikan garis Aini bisa sehalus ka Amira. Tapi ka Amira harus janji menjadi saksi keberhasilan gambar aku” pinta Aini.
Siang ini, Aini mengantar rombongan ka Amira ke pelabuhan. Aini membisikkan sesuatu “ka Amira jangan lupa kembali lagi ke pulau tidung untuk menciptakan kampung gambar” pinta Aini lagi sambil meneteskan air mata.


0 Ocehan:

Posting Komentar

 

Bocah Psikologi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review