Senin, 04 Juli 2011

Obsesi S.PSi

Diluncurkan oleh Bocah Psikologi di 11.57.00
-->
            Keke anak perempuan ke empat dari empat bersaudara, keke memiliki dua orang kakak laki – laki dan satu orang kakak perempuan. Ayah Keke adalah seorang wirausaha bidang percetakan serta supplier alat tulis kantor selain itu ayah keke membuka beberapa usaha lainnya salah satu contohnya membuka rumah makan dan ibu keke hanya lah seorang ibu rumah tangga yang terkadang membantu ayah keke untuk menjalani usahanya. Keke tumbuh sebagai anak kecil yang lucu dan mengemaskan. Hidupnya sangat lah indah, dari kecil apapun yang di inginkan hampir semuanya sudah tersedia. Bukan berarti keke adalah anak yang manja ataupun sombong. Diawal umur keke mungkin sekitar 0 – 5 tahun sang ibu selalu menemaninya, dapat dikatakan dimana ada ibu keke pasti ada keke. Semuanya begitu indah saat bisa bersama ibu, apalagi ditambah pertumbuhan keke yang pada saat itu sangat mengemaskan. Memang pada saat itu ayah keke tidak selalu ada disamping keke namun bukan berarti tidak sayang, kebetulan saja usaha ayah keke sudah terdengar sampai benua tetangga, yaitu Malaysia! sehingga yang mengharuskan ayah keke bolak – balik Jakarta Malaysia dalam kurun waktu tertentu.
Namun dibalik kesedian apapun itu yang sudah ada ternyata masih ada yang kurang. Saat umur keke sekitar 5 – 6 tahun, bisa dikatakan keke belum mengerti arti kehidupan yang sebenarnya. Mungkin yang keke sadari hanya lah waktu bermain saja. Entah apa yang terjadi pada waktu itu keke belum bisa memahami apalagi mencernanya, yang keke ingat saat sudah masuk taman kanak – kanak jarang sekali terlihat ibu keke bersama dengan keke. Pada saat itu kehidupan keke hanyalah di temani oleh pengasuh saja. Kehidupan seperti ini berlangsung sekitar 4 – 5 tahun atau tepat keke sudah masuk kelas 3 sekolah dasar. Suatu hari keke pernah bertanya “ ibu kemana ? jarang sekali ibu temani keke lagi di rumah. Keke bosan bu hanya sama mbak ndar aja “. Ibu keke saat itu hanya bingung ( anak ku umur 9 tahun  sudah pandai menanyakan hal tersebut ), “ ibu temani ayah nak cari uang untuk kita semua dan untuk beliin keke susu, coklat dan boneka “ jawab ibu keke. Keke yang belum mengerti arti semuanya hanya mengatakan “ ibu jangan lupa ya boneka untuk keke “. Pada saat itu keke dapat di kategorikan siswa berprestasi jadi sering sekali ibu keke memberikan hadiah untuk keke.
Kini keke sudah mulai sekolah menegah pertama ( SMP ) tak ada lagi mbak ndar selaku pengasuh, sekarang keke hanya sendiri di rumah. Bahkan karena sering di rumah sendirian maka keke lebih suka main di rumah sahabat – sahabatnya atau terkadang sahabat – sahabatnya yang bermain ke rumah keke. Keke tumbuh seperti remaja pada dasarnya dan keke pun mulai mengerti kenapa hal ini terjadi, kenapa ibu jarang sekali lagi ada untuk keke. Keke mencoba mencari tau nya dari sahabat, guru bimbingan konseling bahkan dari ibu para sahabat keke. Setelah mengetahui itu semua, keke mencoba memberanikan diri untuk menanyakan ke ibu lagi “ ibu kini keke sudah remaja, boleh keke tau yang sebenarnya ? ”. “ kenapa ibu diam ? keke salah ? “ . Ibu keke tak kuat memandang mata keke yang saat itu hampir basah namun di tahan oleh keke “ keke sayang maafkan ibu, bukan ibu tak sayang pada keke selama ini namun ibu pun bingung harus bagaimana! Ibu selama ini temani ayah untuk mengurus usaha rumah makan kita. Percetakan ayah mulai mundur sayang, ayah di bohongi rekannya! Sebenarnya kakak – kakak mu sudah tau namun mereka tak ingin keke mengetahuinya secepat itu. Ibu minta maaf sayang, perhatian untuk keke ibu alihkan untuk usaha kita. Ibu pun tak kuat hanya bisa melihat keke saat  sudah tertidur, ibu kangen dengan canda tawa keke setia pulang sekolah. “ jelas ibu dengan mata yang berbinar. “ ibu, keke tidak kenapa – kenapa kok! Kenapa ibu nangis ? perhatian ibu selalu ada di samping keke. Keke bangga sama ibu dan ayah. Maafin keke bu udah buat ibu nangis malam ini, boleh keke usap air mata ibu ? “. Ibu hanya mengganguk yang mengartikan “ boleh “.
Sejak kejadian malam itu, keke mulai tumbuh sebagai remaja yang mandiri dan lebih kuat dari sebelumnya. Keke memang tidak dekat dengan ketiga kakak – kakak nya baik yang laki – laki atau perempuan. Keke lebih banyak menghabiskan waktu nya dengan sahabat – sahabat nya saja. Mulai saat itu keke mulai memliki obsesi yang bahkan melebihi cita – cita sebelumnya, mulai dari yang paling kecil atau paling udah diraih sampai yang paling besar atau yang mungkin paling sulit untuk diraih. Obsesi itu terus ada sampai saat ini, bahkan keke berharap obsesi apa pun itu tidak akan hilang dari hidup keke.
Kini keke benar – benar sudah dewasa, baru saja keke dinyatakan lulus dari sekolah menengah atas ( SMA ) nya. Yang berarti juga kakak laki – laki keke pun sudah bekerja bahkan kakak perempuannya pun juga sudah bekerja, karena memang jarak keke dengan ketiga saudaranya dapat dikatakan jauh mungkin sekita 4 – 10 tahun. Salah satu obsesi keke adalah mempunyai gelar di belakang namanya, berarti paling tidak keke harus mengemban S1. Bayangan keke setelah lulus SMA pasti keke akan langsung daftar perguruan tinggi. Namun bayangan serta harapan keke ternyata tak semudah yang di lalui oleh ketiga kakak – kakak nya. Entah apa yang terjadi pada saat itu namun memang kondisi nya keke belum bisa untuk daftar kuliah apalagi menjadi seorang mahasiswi. Semua itu bukan karena kebodohan keke apalagi kemauan keke. Keke adalah siswa yang cerdas, pada saat sekitar 4 - 5 bulan sebelum kelulusan sekolah, keke dapat beasiswa untuk kuliah yang meliputi uang gedung dan biaya semester pertama dari sebuah kampus swasta di Bandung, dan untuk selanjutnya beasiswa tersebut tergantung dari nilai keke nantinya. Namun keke menolak semuanya dengan mentah – mentah. Sejak perbincangan malam itu dengan ibu keke, keke lebih mandiri bahkan obesesinya yang tak ingin membebani ayah dan ibu nya. Bahkan keke pun tak berani menanyakan kelangsungan pendidikannya kepada ayah dan ibu nya.
Saat keke tau mendapatkan beasiswa, bukan rasa bahagia yang keke rasakan namun perasaan cemas keke yang muncul. Itu semua berarti keke harus bisa lulus universitas negeri agar dari segi biaya dapat di tanggung tidak terlalu berat. Kini kehidupan keke memang sudah tak lagi sama saat umur keke sekitar 0 – 5 tahun. Jangan kan untuk obsesi gelar dibelakang nama keke, untuk membeli buku saja keke harus berjualan di tengah teman – teman nya. Kali ini obsesi keke belum bisa terwujud, impian sarjana nya harus tertunda pada tahun ini. Disaat terakhir semua pendaftaran universitas keke mencoba memberanikan diri bertanya kepada ayah, “ Ayah lagi sibuk tidak ? boleh keke bertanya ? ayah setelah keke lulus dari sekolah, keke ingin sekali nama keke ada gelar nya, ashike deffry salsabilla S.T “ . ayah keke saat itu hanya diam. Keke lanjutkan lagi “ ayah, keke pun ingin seperti ka chiko deffry S.T, ka chaky deffry S.Kom dan ka astike deffry salsabilla S.E. salah kah keke ingin seperti mereka ? waktu keke kecil ayah pernah bilang keke harus jadi dokter, mana janji ayah ? “. Kali ini keke tak kuat lagi menahan air matanya, bukan keke lemah tapi ini mencangkup masa depan keke sendiri. “ Keke, ayah pun ingin nama mu menjadi ashike deffry salsabilla S.T bahkan menjadi dr. ashike deffry salsabilla S.T. Maafkan ayah sayang ini semua salah ayah, ayah tak memikirkan keke untuk jangka panjang. Bukan ayah ingin membedakan keke dengan ka chiko, ka chaky dan ka asti. Ayah pun tau sayang, keke anak terkecil dari semuanya harusnya keke pun juga bisa merasakan seperti kakak – kakak mu. Jika keke kuliah tahun ini ayah bingung sayang biaya darimana. Maafkan ayah sayang !! “. Ayah memeluk erat tubuh keke.
            Perbincangan malam itu dengan ayah membuat keke belum bisa menerima kenyataan ini. Tak ada lagi bayangan  “ ashike deffry salsabilla S.T “. Keke sepeti menerima kabar buruk untuk masa depannya. Sejak saat itu juga keke mulai mengasingkan diri dari keluarga nya bahkan dari sahabat – sahabatnya. Keke harus memutar otak mencari jalan agar tetap ada “ashike deffry salsabilla S.T “. Berbagai cara keke coba lakukan namun semuanya belum berhasil hingga tak terasa ternyata pengasingan keke sudah hampir 6 bulan.         
            Penantian keke ternyata membuahkan hasil, Allah memang adil ! tepat pengasingan keke yang masuk bulan ke 7, keke mendapatkan kabar baik. Keke diterima di salah satu  perusahaan. Ternyata perusahaan tersebut adalah perusahaan yang ke 117 yang sudah keke masukan lamaran pekerjaan. Penantian panjang keke untuk obsesi “ashike deffry salsabilla S.T “ belum berhenti sampai di situ. Semua itu harus keke tunggu sampai pendaftaran universitas di buka kembali untuk tahun selanjutnya.
            Kini semuanya sudah keke rasakan setelah menunggu sekitar 4 bulan keke berhasil menjadi seorang mahasiswi. Namun keke tak lagi terobsesi “ashike deffry salsabilla S.T “ melainkan “ashike deffry salsabilla S.Psi “. Obsesi baru keke yang muncul adalah menjadi seorang psikolog, karena keke ingin apa yang keke rasakan tidak juga dirasakan oleh anak – anak keke nantinya serta anak – anak di sekitar keke saat ini.

2 Ocehan:

why_nu mengatakan...

ni cerita karangannya nih! caelah......

Bocah Psikologi mengatakan...

yoyoi gan !!

Posting Komentar

 

Bocah Psikologi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review