Peristiwa
kedua
Ingin
rasanya tidak menceritakan peristiwa ini karena sangat mengiris batin. Salah
satu benda yang ane miliki hasil jeri payah selama 2 tahun dari hasil menabung
keuntungan jualan ane harus rusak ditangan orang lain. Awalnya ane gak bisa
terima sama sekali. Jika ane inget proses menabungnya ingin rasanya meneteskan
air mata lagi. Malam itu ane cuma bilang sama Allah “ya Allah ajarkan ane
ikhlas dan gugah lah hati beliau untuk bertanggung jawab atas benda tersebut”.
Luar
biasa Allah mengabulkannya langsung dipagi hari, beliau bertanggung jawab atas
benda tersebut, namun sayang ane belum merasakan ikhlas atas hal tersebut.
Lagi-lagi ane bilang sama Allah “ya Allah lapangkan hati ane dan izinkan ane
bisa memperbaiki benda tersebut”. Butuh waktu sekitar 1 minggu untuk ane bisa
menyadari semuanya dan belajar ikhlas. Selain itu, tak henti ane memohon “ya
Allah beri aku kesempatan memperbaikinya”.
Awal
bulan alhamdullillah ane mendapat gaji yang bisa ane sisihkan untuk memperbaiki benda tersebut. “ya Allah
cukupkan uang ini”, itu pinta kesekian ane dan terus ane selipkan dalam setiap
hal. Bulan kedua, ane mendapatkan kabar dari ibu “ane dapet arisan” (arisan
bisa diminta untuk keluar namanya). Ane langsung berpikir ini kesempatan dari
Allah. Alhasil ane langsung membelikan benda yang baru bukan memperbaikinya.
Sebelum beli pun ane bilang lagi sama Allah “ya Allah temukan ane dengan benda
yang ane cari”. Subhanallah ane dapet.
Malam saat benda tersebut ane sudah beli (0rang rumah belum tau), ane dapat kabar bahwa arisan tersebut diminta oleh tetangga karena lagi butuh uang. “GUBRAK” ane bingung mau ngomong apa karena uang ditangan tinggal 200.000 sampai akhir bulan **29 hari lagi. Ane gak bisa mikir apa-apa dan langsung masuk ke kamar. Lagi-lagi ane bilang sama Allah “ya Allah kenapa Engkau izinkan ane membelinya jika ini akan meyiksa ane selama satu bulan dan ditambah lagi ane belum bayar kuliah”. Ane hanya bisa meneteskan air mata hingga lelah dan terlelap lebih awal dari biasanya.
“ya
Allah bantu ane menemukan jalan keluarnya”, pinta ane ketika shalat shubuh. Ane
bener-bener bingung gimana untuk kebutuhan satu bulan ini. Ketika ane ingin
mempersiapkan diri ke kantor, ayah manggil ane “ini untuk kamu, maaf baru bisa
sekarang memberikannya”. Dan ane langsung buka “subhanallah ini uang”, ane gak
bisa ngomong apa-apa ane hanya meneteskan air mata dan bilang “makasih ayah”.
Rasanya
tenang sekali, setidaknya kebutuhan ane akan terpenuhi dengan uang ini. “ya
Allah rencana-Mu luar biasa dan Engkau tak membiarkan ane sendiri dalam
kesulitan ini”, sesaat setelah shalat dhuha.
0 Ocehan:
Posting Komentar