Sabtu, 16 Januari 2021

Indonesia Rentan Bunuh Diri πŸ’«

Diluncurkan oleh Bocah Psikologi di 18.26.00

Indonesia Rentan Bunuh Diri πŸ’« 

Ditulis Oleh Ultari Addie Syahputri (2067290147)

Fakultas Psikologi UPI YAI


Bunuh diri adalah salah satu kasus serius yang sering diabaikan. Entah karena dianggap sebagai sesuatu
yang terlalu ekstrem atau karena tidak paham akan tindakan bunuh diri. Bunuh diri adalah ekspresi dari
hilangnya harapan yang dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stress. 

Sejumlah teori psikologi menghubungkan bunuh diri dengan persepsi tentang hidup yang sudah tidak mempunyai harapan atau tidak mempunyai tujuan yang pasti. Hampir 90% individu yang melakukan bunuh diri dan usaha bunuh diri mempunyai kemungkinan mengalami gangguan mental yaitu depresi. Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi, dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Sering kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah seorang individu melakukan bunuh diri. Para pakar berpendapat bahwa kasus bunuh diri disebabkan oleh banyak faktor yang saling berkelindan, tidak pernah disebabkan oleh faktor tunggal.

Alex Lickerman, memberikan beberapa alasan orang mencoba bunuh diri :

1. Depresi

Depresi adalah alasan umum di balik aksi bunuh diri. Saat depresi, seseorang akan merasa menderita sehingga bunuh diri dianggap sebagai jalan keluar dari situasi tersebut.

"Tahap depresi bisa menyesatkan pemikiran mereka. Kemudian, muncul ide seperti 'semua orang akan lebih baik tanpa saya'. Dia akan mencoba untuk membuatnya masuk akal," kata Lickerman dikutip dari Psychology Today.

Depresi, kata Lickerman, bisa disembuhkan melalui pengakuan dari orang-orang terdekat. Namun, sayangnya penderita depresi biasanya merencanakan aksi bunuh diri mereka dalam senyap dan tanpa diketahui orang.

Lickerman menyarakan, jika Anda merasa curiga dengan tanda depresi pada orang terdekat, sebaiknya bersiap dengan kemungkinan aksi bunuh diri yang dilakukan. Jika kesadaran itu telah muncul, Anda bisa membantunya menangkal keinginannya untuk mengakhiri hidup.


2. Gangguan jiwa

Penderita psikosis alias gangguan jiwa berat mengalami delusi. Mereka kerap mendengar suara-suara tak nyata yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu, termasuk bunuh diri tanpa alasan jelas.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa psikosis bisa disembuhkan. Jika ditangani dengan baik, suara-suara yang didengar penderita bakal kehilangan kekuatannya.


3. Dorongan impulsif

Aksi percobaan bunuh diri terkadang dilakukan sebagai tindakan impulsif akibat pengaruh obat-obatan atau alkohol.

Saat sadar, orang-orang dengan dorongan impulsif ini akan merasa malu atas apa yang dilakukannya. Namun, kebiasaan impulsif ini bisa saja terulang kembali dengan tak terduga.

"Mereka bisa mencobanya lagi saat mereka mabuk," ujar Lickerman.


4. Mencari pertolongan tapi tak tahu caranya

Sebagian orang melakukan aksi percobaan bunuh diri lantaran tak tahu bagaimana caranya mendapat pertolongan.

Lickerman menyebut, orang-orang jenis ini sesungguhnya tak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. Aksi percobaan bunuh diri dilakukan hanya untuk mengingatkan orang-orang sekitar bahwa ada sesuatu yang salah pada dirinya.

"Saya telah menyaksikan lebih dari satu remaja meninggal dengan mengerikan di ruang ICU setelah menyesali aksi percobaan bunuh dirinya," ujar Lickerman.


5. Ada hasrat untuk mati

Bagi sebagian orang, keputusan untuk mengakhiri hidup menjadi masuk akal. Orang-orang jenis ini biasanya termotivasi oleh penyakit kronis yang dideritanya. Mereka menganggap tak ada harapan sembuh dari penyakit yang diderita.

Orang-orang jenis ini, kata Lickerman, tidak mengalami gangguan mental. Mereka mencoba untuk mengontrol takdir dan menghilangkan penderitaan yang terkadang hanya bisa terjawab dengan kematian.


Selain itu, ada beberapa hal lainnya yang dapat menjadi pemicu bunuh diri, yaitu :

1. Perasaan kesepian 

Remaja berusia 13-15 tahun, bahkan sudah bisa merasakan kesepian. Namun, masyarakat masih sering menganggap remeh kondisi tersebut. Remaja tetap berisiko mengalami kesepian, saat memiliki geng sekalipun. Sebab, apabila kebutuhan sosialnya belum terpenuhi, remaja bisa tetap kesepian. 

2. Bullying

Permasalahan lain yang memicu tindakan bunuh diri adalah perisakan atau bullying. Masyarakat masih cenderung menganggap bullying sebagai hal yang lumrah. Padahal, bullying memberikan dampak signifikan terhadap tindakan bunuh diri. "Kita harus memikirkan, bagaimana cara mencegah bullying, agar bisa mencegah bunuh diri?",

3. Pelecehan seksual di masa kecil 

Menjadi korban pelecehan seksual di masa kanak-kanak, bisa berdampak hingga ke masa kuliah. Korban terus merasakan luka batin dan emosional. Kondisi ini pun berisiko menimbulkan pemikiran untuk bunuh diri.

4. Komentar dari Orang Lain

Kini dengan maraknya social media maka membuat orang bebas berekspresi, bebas menyampaikan apapun tanpa melihat Batasan. Dan Artist yang kian menjadi sorotan seringkali menjadi bahan yang diperbincangkan, baik dari sisi positif atau negative. Mereka yang belum terbiasa atau belum siap menerima hal tersebut maka bisa mencetuskan untuk bunuh diri. Sepeti halnya banyak Kita ketahui artist di Korea sudah cukup banyak yang melakukan bunuh diri karena terpancing dengan komentar dari netizen.

~~~



0 Ocehan:

Posting Komentar

 

Bocah Psikologi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review