Tulisan kali ini lagi-lagi ane dedikasikan untuk karya tulis indonesia.
Pagi
ini lelah sekali dirasakan oleh Amira. Sehingga membuatnya hanya terdiam dimeja
kerja tanpa ekspresi apapun dimuka cantik dan lugunya. Bahkan teman sebelah
mejanya pun tak ada yang berani untuk menegurnya. Dan suasana itu berlangsung
sekitar dua jam hingga kedatangan si pemberani.
“Muka
mu kenapa Ra ?” tanya pemberani. Suana pun tetap hening kecuali suara detak jam
dan jari-jari mengetik keyboard dari orang-orang sekeliling ruangan tersebut.
“kucing tetangga mati loh setelah empat hari bengong” ledek pemberani. Namun
sayang tak ada satu pun yang berubah dari ruangan tersebut. “ayolah senyum
Amira, masa Nio ngomong sama patung”
sahut Ulul teman sebelahAamira. “tau nih Lul, masa aku datang jauh-jauh
diginiin sih” curhat Nio si pemberani. Dan mulai lah saat itu Amira tersenyum
kembali dan becanda bersama Ulul dan Nio.
Pagi
yang hening kini berubah menjadi pagi yang berwarna dengan berbagai keceriaan
dan keisengan diantara mereka bertiga. Si Ulul senang sekali mengeksplor
keingintahuannya di mbah google. Hingga saat itu, Ulul menemukan tentang pulau
tidung yang berlokasi di kepulauan seribu
dengan luas sekitar 109 ha dan populasi sekitar 5.000 jiwa. Selain itu, di
beranda salah satu media sosial banyak orang yang selalu membicarakan tentang
pulau tersebut menjadi salah tempat pilihan yang wajib dikunjungi saat-saat
liburan.
“Ra,
kita ke tidung yuk ? kayanya ini pulau seru deh buat kita jadiin obyek wisata
dan foto-foto” jelas Ulul dengan penuh semangat pejuang. “daerah mana tuh ? dan
berapa kira-kira biayanya” tanya Amira. “daerah kepulauan seribu, klo biayanya
nanti aku cari dulu siapa tau bisa backpackeran kaya dulu kita liburan” jawab Ulul.
“yaudah kamu cari dulu infonya nanti kabarin aku lul” singkat dari Amira.
Ulul
tetap sibuk dengan komputer dan berusaha mencari informasi selengkap mungkin
tentang pulau tersebut sehingga bisa dijelaskan kepada Amira dan pasukan teman
lainnya yang biasa backpacker dengan mereka beberapa tahun terakhir. Sedangkan
Amira sibuk mencoret-coret kertas dengan gambar yang tidak ada artinya bagi
yang melihat sepintas. “kamu tuh gambar apa si Ra ? kalah sama anak TK
disebelah rumah” ledek nio. “apa sih nio !. Sok tau ini kan ada artinya, kamu
aja yang ngerti dan gak punya jiwa seni kaya aku” sahut Amira.
Amira
memang sejak kecil senang sekali dengan seni, terutama seni gambar dan lukis.
Bahkan Amira banyak sekali memenangkan lomba dalam dan luar negeri dengan
membawa gambar dan lukisan yang sangat memukau berbagai kalangan dari penjuru
dunia. Hingga suatu hari Amira ingin sekali membuka kelas menggambar dan
melukis bebas biaya untuk anak-anak kecil yang memiliki hobi sama namun
terbatas oleh biaya dan kesempatan.
“Ra,
ini info tentang pulau tidung” jelas Ulul sambil memberikan beberapa lembar
kertas. “ok, makasih ya. Nanti aku baca dulu dan semenarik apa sih itu pulau,
yang membuat teman aku ini sampai tergila-gila kaya gini” ledek Amira dan
ketawa ketiwi. Ulul hanya bisa melemparkan senyuman termanis kepada orang yang
telah menjadi teman sebelah mejanya sekitar 3 tahun terakhir.
Lembar
demi lembar dari Ulul dicoba dibaca oleh Amira. “Ulul niat banget ya cari ini
info, mulai dari sejarah pulau tidung hingga cara mengunjungi tempat tersebut”
batin Amira. Sambil membaca lembaran tersebut, Amira juga mencari melalui mbah
google. Ternyata pulau tidung merupakan pusat Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan yang membawahi tiga Kelurahan antara lain, Kelurahan Pulau Pari,
Kelurahan Pulau Untung Jawa dan Kelurahan Pulau Tidung. Selain itu, pulau
tidung terhampar membujur panjang dari barat ke timur dan terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tidung besar dan tidung kecil serta mempunyai objek- objek yang dapat
dikunjungi.
“Pantesan
aja itu bocah semangat banget ke pulau tidung, ternyata memang luar biasa
sekali pulau tersebut” pikir Amira yang disertai senyum manisnya. Amira mulai
membayangkan keindahan pulau tersebut dan menuangkan dalam goretan pensilnya
pada sebuah kertas yang biasa digunakan. Selain itu, Amira membayangkan jika
bermain bersama anak-anak dipinggir pulau sambil bernyanyi bersama dan menaruh
goretan pada kanvas kesayangannya.
“Ulul,
aku setuju nih kita ke pulau tidung. Enaknya ngajak siapa ya selain Nio ?”
jelas dan tanya Amira dengan penuh semangat. Bahkan terlihat lebih semangat
Amira daripada Ulul. “Pilihan objek wisata aku selalu tepatkan, Ulul !”
membanggakan diri sambil menangkat sedikit krah bajunya. “iya-iya kamu selalu
tepat, hanya liburan aja! sahut Amira dengan senyum polosnya. “kamu mau kita
backpacker atau pakai travel agency ? tanya Ulul yang mulai serius pada
pembicaraan sebenarnya. “backpacker aja biar kita gak terikat waktu dengan tour
guide nya” jelas Amira. “iya juga sih, yaudah nanti aku yang cari tau untuk
transportasi dan biayanya” sanggup Ulul pada Amira.
Setelah
Amira balik ke meja kerjanya, Ulul langsung mencari informasi seperti yang
dijanjikan dirinya kepada Amira beberapa menit yang lalu. Ulul tetap dibantu
dengan mbah google serta ditemani lantunan musik kesayangannya, steven and
coconut treez. Setelah satu jam berlalu hingga pada akhirnya Ulul menemukan
juga macam-macam transportasi menuju pulau tersebut.
“Ulul
kita makan siang yuk ?” ajak Amira dan Nio. “Nanggung nih lagi nyari
transportasinya” jawab Ulul.
“Transportasi buat apaan sih ?” sahut Nio kebingungan sambil lirik ke Amira.
Karena Nio kemarin belum dikasih informasi atas rencana Amira dan Ulul ke pulau
tidung. “kita mau ke pulau tidung, ikutan lagi yuk ? kita bawa pasukan yang
banyak buat nanem pohon bakau di pinggit pulau” jelas Ulul. “kapan ?
boleh-boleh mumpung cuaca lagi mendukung juga nih” jawab Nio. “yaudah kita
makan siang dulu aja nanti waktu istirahatnya keburu selesai” ajak Amira pada
keduanya.
Makan
siang kali ini ditentukan oleh Nio, yaitu makan ikan garang asem dan sayur asem
khas Betawi yang kebetulan tidak jauh dari lokasi mereka yaitu diseberang
kantor. Sehingga perjalanan tersebut bisa dilakukan hanya dengan berjalan kaki.
Sesampai di rumah makan tersebut Nio langsung memesankan menu utama untuk Amira
dan Ulul juga. Sedangkan Amira dan Ulul mencari posisi meja yang asik untuk
ngobrol dengan angin yang sepoi-sepoi serta lantunan musik keroncong yang
merupakan keistimewaan dari rumah makan tersebut. Setelah keasyikan dirasakan
cukup dan sekitar satu jam berlalu Nio, Amira dan Ulul segera kembali ke
kantor.
“Pilihan
Nio mantep juga nih menu makan kali ini” singkat Ulul. Klo soal makanan memang
jagonya dia, dimana pun lokasinya pasti dikejar sama Nio selagi makanan
Indonesia. Waktu itu Nio pernah mengejar kuliner asinan betawi sampai ke daerah
Bekasi. Padahal rumah Nio dibilangan Tangerang Selatan yang terukur amat sangat
jauh sekali untuk kesana. Sebenarnya antara Amira, Ulul dan Nio saling
melengkapi satu sama lain mulai dari hobi Amira tentang seni kemudian Ulul
dengan hobi jalan-jalan nan murah serta Nio yang hobi dengan kuliner.
“Ra,
aku udah dapet nih list transportasi buat ke pulau tidung. Gampang banget Ra
tapi kita harus pagi-pagi buta kesananya” jelas Ulul. “memang seberapa paginya
sih ?” tanya Amira. “jadi gini kita harus jam lima pagi dari grogol untuk naik
angkot gitu ke arah muara angke karena kapalnya berangkat jam enam pagi kearah
pulau tidung. Nah enaknya kita nginep rumah kamu aja Ra karena lebih dekat ke
Grogolnya” jelas Ulul dengan antusias meningkat dari sebelumnya. “oh angkot
yang itu aku tau kok, murah dong biayanya angkot kan Cuma 4.000. biaya kapalnya
berapa Lul ? jelas dan tanya Amira. “klo kapalnya sekitar 30.000 Ra, murah
banget kan ongkos kita Cuma 70.000 pulang pergi” jawab Ulul. “banget Lul,
semoga aku dapet inspirasi disana.” Singkat Amira.
Setelah
pembicaraan tentang transportasi kesana, Amira mulai memikirkan berbagai hal
tentang pulau tidung. Selain hobi menggambar dan melukis, Amira juga senang
sekali mnghayal tentang berbagai kemungkinan yang bisa dialami oleh seseorang.
Anak-anak merupakan obyek utama yang paling sering Amira lukiskan dalam kertas
dan kanvasnya. Menurutnya, setiap anak pasti memiliki keunikan dan kelucuan
yang tidak dimiliki oleh anak lainnya, disitulah sisi menarik baginya.
Rencana
yang singkat untuk ke pulau tidung akhirnya bisa terlaksana juga. Amira. Ulul,
Nio, Pram, Acid dan Wika yang berangkat mengarungi pulau tersebut. Mereka semua
satu kantor yang sama dan mereka juga yang biasa travelling. Perjalanan pun
dimulai dari rumah Amira setelah adzan shubuh berkumandang yang berarti Jakarta
masih kosong dari kendaraan para rakyat tinggi.
“Bang
ke arah muara angke ?” tanya Pram ke supir angkot. “iya mas, mau ngapain
pagi-pagi kesana ?” sahut pak supir. “mau naik perahu kearah pulau tidung”
jawab Pram. “wah disana indah banget mas pasti gak nyesel deh. Sekarang pulau
tersebut sudah menjadi pilihan banyak orang” jelas pak supir penuh inspiratif.
Setelah
perjalanan dengan angkot sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai juga di
pelabuhan muara angke dan langsung membeli tiket perahu tersebut. “mana uangnya
? kumpulin dulu nanti aku yang ke loketnya” tawaran Wika. “yaudah ini pakai
uang aku aja dulu biar gak ribet nanti tinggal ganti deh” Nio mengajukan diri.
Tiket
sudah ditangan dan mereka berenam segera menaiki perahu tersebut dan mencari
posisi yang paling asyik untuk menikmati suasana laut sepanjang perjalanan
tersebut. Menuju pulau tidung membutuhkan waktu sekitar dua jam. Cuaca pun
seolah mendukung perjalanan ini dan angin menjadi saksi kebahagiaan mereka.
“hore
hore welcome tidung island. Aku harus bisa menemukan sesuatu yang menjadi obyek
inspiratif” batin Amira dengan penuh bahagia. “ayo kita ke rumah penduduk dulu
untuk mencari penginapan beberapa hari” ajak Ulul. Karena Ulul yang mengetahui
semuanya maka yang lainnya hanya mengikuti apa yang Ulul katakan.
Setelah
mendapatkan tempat istirahat dan melepas lelah sejenak, mereka menyiapkan diri
untuk keliling pulau tidung dengan menyewa sepeda. Lokasi pertama yang mereka
kunjungi, yaitu jembatan penghubung antara pulau tidung besar dan pulau tidung
kecil. Banyak orang yang memberikan nama jembatan cinta. Jembatan ini biasa
dimanfaatkan untuk menikmati sunrise dan sunset.
“Kita
lihat pohon bakau yuk” ajak Ulul sambil berjalan menelusuri ujung jembatan. Dan
yang lainnya hanya mengekor dari belakang sambil mengambil gambar sepanjang
jembatan. “indah banget pantainya dengan air laut yang berwarna biru bening”
batin Amira. Setelah sampai pohon bakau, kita semua tetap melanjutkan foto dan
mengamati pohon bakau yang ternyata memiliki banyak fungsi di perairan.
Puas
dengan nuansa pulau tersebut, malamnya Ulul memberikan rencana untuk BBQ.
Uniknya BBQ di pulau tidung bukan daging atau ayam melainkan ikan berbagai
jenis yang tersedia. Dan tak lupa Amira selalu mengambil gambar dalam berbagai
situasi yang nantinya akan digoreskan dalam kertas dan kanvas.
“Ra,
kamu mau kemana ?” tanya Nio. “Aku mau berkunjung ke rumah penduduk untuk
bermain dengan anak-anak pulau tidung” jawab Amira dan bergegas keluar. Amira bertemu dengan salah
satu anak kecil namanya Aini. “kamu suka gambar atau melukis ?” tanya Amira
dengan sedikit membungkukkan badan. “iya ka, dari aku TK hingga sekarang aku
senang banget gambar tapi karena disini susah cari buku gambar aku gambarnya
dipasir deh” jelas Aini yang sekarang duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar.
“wah hebat kamu Aini memanfaatkan sesuatu menjadi lebih bermakna. Boleh kita
gambar bareng ? kebetulan ka Amira juga suka sekali dengan menggambar dan
melukis” ungkap Amira sambil mengajak Aini menuju rumah penginapannya.
Sepanjang
perjalanan ke rumah penginapan, Aini
bercerita panjang lebar tentang hobi nya yang tidak didukung dengan fasilitas.
Karena memang pulau tidung jauh dari pusat keramaian. Sesampai di rumah
penginapan, Amira memberikan kertas dan menggambar bersama dengan Aini. “Aini
gambar kamu unik sekali” puji Amira sambil memandang kertas gambar Aini.
“makasih ka, gambar ka Amira juga bagus apalagi goresan pensilnya lembut
banget” Puji Aini dengan antusias. Tak terasa waktu terus berjalan hingga sudah
larut malam dan Amira pun mengantar Aini hingga kedepan rumahnya dan meminta
maaf kepada kedua orang tua Aini.
Hari
ini hari terakhir mereka di pulau tidung setelah 2 hari 1 malam dan di tutup
dengan snorkeling pada indahnya laut dengan berbagai macam biota laut yang
sangat menakjubkan. Selain itu, mereka menyewa perahu untuk keliling pulau
tidung besar dan pulau tidung kecil. Disana polusi buruk sama sekali tak terasa
sedikit pun, suasana sejuk pun sangat terasa karena kanan kiri masih banyak
pohon hijau yang rindang.
Selain
itu, perjalanan ditutup dengan janji Amira dan Aini. “ka Amira janji akan balik
lagi kesini untuk membawakan buku dan pensil yang banyak untuk Aini tetap
mengasah kemampuan menggambar” janji Amira. “Aini juga janji sama ka Amira
untuk tetap belajar menggambar agar tarikan garis Aini bisa sehalus ka Amira.
Tapi ka Amira harus janji menjadi saksi keberhasilan gambar aku” pinta Aini.
Siang
ini, Aini mengantar rombongan ka Amira ke pelabuhan. Aini membisikkan sesuatu
“ka Amira jangan lupa kembali lagi ke pulau tidung untuk menciptakan kampung
gambar” pinta Aini lagi sambil meneteskan air mata.
0 Ocehan:
Posting Komentar